Entri Populer

Tampilkan postingan dengan label BURGERKILL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BURGERKILL. Tampilkan semua postingan

Senin, 21 Februari 2011

No Pain No Gain Oleh : Ariestanto "Eben" BURGERKILL


Oleh : Ariestanto "Eben"

<!-- AddThis Button BEGIN --> <!-- AddThis Button END -->
Ya, kurang lebih seperti itu isi e-mail yang diteruskan kepada saya dari agensi kami di Australia, Lauren Wilson, pemilik Xenophobic Distributions bersama suaminya yang juga punya andil besar dalam mengedar-kan dan mempromosikan album ketiga kami Beyond Coma and Despair di seluruh daratan Australia. Ha-ha, more dreams coming true, man. Hell yeah!!!
Tentunya ini berita yang sangat mengejutkan dan melegakan. Hilang seketika rasa penasaran tentang kepastian jadi tidaknya Burgerkill tampil di festival musik terbesar dan termegah di negeri kangguru ini. Bangga, terharu dan senang tidak kepalang rasanya. Bangga, setelah tanggal 3 Maret lalu kami menjadi satu-satunya band dari Asia yang berbagi satu panggung bersama Lamb Of God, In Flames, Lacuna Coil, Devil Driver, All That Remain dan band metal papan atas lainnya di event Soundwave Festival 2009 yang juga digelar di kota Perth, Australia.
Sedikit menarik mundur, di pertengah-an Februari 2009 kami berhasil menggelar tur sebagai headliner di enam kota wilayah barat Australia dengan tajuk The Invasion Of Noise Tour 2009. Memang selepas album Beyond Coma and Despair dirilis pada Agustus tahun lalu, antusias publik metal Australia terhadap Burgerkill pun dimulai. Banyak e-mail dan pesan bernada positif te-rus berdatangan hingga kami sepakat untuk melakukan beberapa show di sana. Dan hasil-nya pun memuaskan. Komunitas musik eks-trim Australia betul-betul antusias de-ngan kedatangan kami. Dari situlah kami mulai menjalin persahabatan dan kerjasama lintasnegara yang akhirnya bisa membawa kami untuk bermain di event sebesar Big Day Out. Sebagai musisi Indonesia, tentunya kami sangat bangga bisa kembali berkesempatan mengibarkan sang Merah Putih di atas panggung dunia, sebagai bukti bahwa karya anak bangsa juga bisa berbicara lantang di industri musik internasional, yang harus kami akui jauh lebih fair dan tidak memihak.
Jasad, Raja Singa, Keras Kepala atau Turtle JR adalah sebagian dari sekian ba-nyak band dari komunitas musik ekstrim kota Bandung yang juga pernah ikut berjasa mengharumkan nama negara di dunia internasional selain Burgerkill. Ada satu hal yang menarik dan perlu digarisbawahi, mereka semua murni diundang oleh komunitasnya dan bukan diundang oleh pihak Kedubes RI atau para WNI yang berdomisili di sana. Ini membuktikan bahwa band yang bagus itu bukanlah band yang punya catatan penjualan tinggi saja, tapi juga punya karya yang berkualitas! Contohnya, November kemarin Jasad sukses membakar kota Bangkok sebagai headliner di event Death Metal internasional ternama Bangcock Deathfest 2009 yang dihadiri hampir 2000 metalhead dari seluruh Asia. Setidaknya hal ini juga mampu menjelaskan bahwa kualitas karya musik anak Indonesia mulai diakui dan diterima dengan baik oleh khalayak musik dunia. Belum lagi menyebutkan berapa banyak album band Indonesia yang sempat dirilis di luar sana. Ini sebuah prestasi yang patut kita teladani dan hargai dengan segala bentuk dukungan penuh baik dari pihak yang terkait di arena industri musik Indonesia maupun pihak yang terlibat di sekitarnya.
Namun sayang prestasi yang kami raih di negeri orang tidak dapat berbicara banyak terhadap kebijakan sistem yang ada di rumah kami sendiri. Kota Bandung dengan pamor dan predikat sebagai kota paling kreatif di Indonesia juga tidak bisa berbuat apa-apa dalam menyelesaikan berbagai kendala yang dihadapi oleh komunitas. Stigma buruk terus melekat dan sulit sekali dilepaskan, sekalipun sudah banyak kegiatan positif yang sudah dilakukan demi memperbaiki citra miring yang terus mempersempit ruang gerak kami. Memang harus diakui tragedi konser berdarah 9 Februari 2008 lalu sangat berdampak pada sulitnya perizinan penye-lenggaraan event musik rock khususnya kota Bandung. Pil pahit terus kami telan dengan dengan dibatalkannya beberapa show kami di kota ini oleh pihak berwenang di sepanjang kurun waktu satu tahun lebih, tanpa alasan jelas. Ditambah lagi semakin mahalnya ongkos sewa venue dengan kapasitas yang memadai, menjadi sebuah pekerjaan rumah yang sangat berat bagi komunitas kami. Ironis memang, kota yang telah melahirkan banyak talenta seni berkualitas tapi tidak mampu memfasilitasi kebutuhan para senimannya untuk terus bebas berkreasi dalam bentuk dukungan sarana dan pelayanan sistemnya.
Namun nasi sudah jadi bubur, ini sudah menjadi tanggung jawab kami di komunitas untuk membuktikan kepada masyarakat luas bahwa kami tetap bisa berkreasi dan mewujudkan semua cita-cita dengan segala keterbatasan yang ada. Jujur saja mungkin saya salah satu manusia di muka bumi ini yang selalu ngotot dalam mengejar mimpi, apapun itu tantangannya. Tidak ada istilah ’tidak bisa’ selama kita mau berusaha. Untungnya saya dan teman-teman Burgerkill tidak pernah menyerah dan terus memutar otak untuk tetap bisa berekspresi dengan cara apapun. Dan sejauh ini kami sudah bisa merasakan sedikit demi sedikit mimpi-mimpi kami mulai jadi kenyataan. Yang jelas semua pencapaian ini bukanlah proses instan, semua kami jalani dengan proses panjang disertai kesungguhan dan kerja yang ektra keras. Saya yakin bukan hanya kami yang bisa menghadirkan mimpi-mimpi indah di depan mata, tapi semua teman-teman di seluruh Indonesia pun bisa asalkan tidak pernah berhenti bercita-cita dan selalu berusaha untuk mewujudkannya. Ayo sama-sama kita perbaiki citra musik Indonesia dan hancurkan semua omong kosong yang terus merajalela di ranah industri musik tanah air. No pain no gain. Hidup musik Indonesia! Keep smokin’ metal engine!
*Penulis adalah pendiri & gitaris Burgerkill, tinggal di Bandung.

FOR IVAN SCUMBAG


Aku melihat kematian begitu indah
Bulat pucat purnama di langit yang gelap
Memenuhi rongga langit yang temaram dengan aroma dupa mistik yang misterius
Aku melihat kematian begitu indah
Lembut mengalir bening, membelai batu gamping warna krem yang berserak di dasarnya
Menciptakan riam2 kecil
Membuat laju sepotong daun kering yang hanyut terguncang dan tertahan-tahan. Lalu dengan sayap lembutnya, mengepak empuk dan terbang ringan melayang hampa.
Di tengah gurun tandus dia berkelana menunjukkan jalan pada setiap langkah pengelana yang tersesat
Gurun yang hanya menyisakan udara panas dan angin kuat berdebu
Yang menjelmakan hasrat liar dengan dominasi pada hidup
Bahkan hingga hari ini aku masih melihat kematian begitu indah
Tanpa harus ada darah yang tumpah dan nadi yang terkoyak
Tanpa harus ada tubuh yang tergantung kaku diatas kusen berdebu
Kematian melayang perlahan dan hinggap di lubuk kalbu yang mulai enggan untuk berdetak secara teratur
Hanya tubuh yang diam terbaring tenang
Seperti tidur panjang yang nyenyak dengan mimpi indah tanpa akhir
Dan kini keindahan itu memelukku
Menyergap lembut dari belakang dan mendekapku erat penuh hangat
Seperti kekasih yang menumpahkan segala rasa rindu
Ada tangisan bahagia dan kecupan rasa suka
Lalu kematian memasangkan kedua sayap mungilnya di belakang pundakku
Memberikan padaku mahkota bercahaya
Lingkaran bersinar yang melayang tepat diatas kepalaku
Aku seperti dewa matahari
Seperti dewa matahari badanku melayang ringan dan bercahaya penuh kharisma
Memendar dalam dingin dan udara yang tak berasa apa-apa
Aku melihat kematian sebagai serpihan dari puzzle yang harus dirangkai satu-persatu
untuk mendapatkan sebuah rupa yang utuh dan sempurna
Kematian maksimal
Kebebasan sejati
Dari rasa sakit

PUISI DARI IVAN SCUMBAG


  1. Kukencani malaikat maut
    dalam penjara batin
    biar kupendam semua benci
    dan dendam
    ...
    hilang identitas diri tanpa di sadari
    terasing dalam kupulanku
    terhayutku dalam lamunan
    basa-basi
    bahasa jadi basi
    tak permah kusangka
    luka semakin menganga
    cengkram mulut dan asaku
    tanpa harapanku
    beri aku ruang gerak
    oleh
    ivan Scumbag,2000

CERITA PENDEK TENTANG BURGERKILL


A SHORT STORY OF THE HEAVIEST BAND IN INDONESIA


-[ INA - EN - PDF VERSION ]-





Ini merupakan sebuah cerita pendek dari 12 tahun perjalanan karir bermusik dari sebuah band super keras yang telah menjadi fenomena di populasi musik keras khususnya di Indonesia. Sebuah band yang namanya diambil dari selewengan sebuah nama restaurant fast food asal Amerika, ya mereka adalah Burgerkill band asal origin Ujungberung, tempat orisinil tumbuh dan berkembangnya komunitas Death Metal / Grindcore di daerah timur kota Bandung. Band lulusan scene Uber ( nama keren Ujungberung ) selalu dilengkapi gaya Stenografi Tribal dan musik agresif yang super cepat, Jasad, Forgotten, Disinfected, dan Infamy to name a few.

Burgerkill berdiri pada bulan Mei 1995 berawal dari Eben, scenester dari Jakarta yang pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya. Dari sekolah itulah Eben bertemu dengan Ivan, Kimung, dan Dadan sebagai line-up pertamanya. Band ini memulai karirnya sebagai sebuah side project yang ga punya juntrungan, just a bunch of metal kids jamming their axe-hard sambil menunggu band orisinilnya dapat panggilan manggung. Tapi tidak buat Eben, dia merasa bahwa band ini adalah hidupnya dan berusaha berfikir keras agar Burgerkill dapat diakui di komunitasnya. Ketika itu mereka lebih banyak mendapat job manggung di Jakarta melalui koneksi Hardcore friends Eben, dari situlah antusiasme masyarakat underground terhadap Burgerkill dimulai dan fenomena musik keras tanpa sadar telah lahir di Indonesia.

Walhasil line-up awal band ini pun tidak berjalan mulus, sederet nama musisi underground pernah masuk jajaran member Burgerkill sampai akhirnya tiba di line-up solid saat ini. Ketika dimulai tahun 1995 mereka hanya berpikir untuk manggung, pulang, latihan, manggung lagi dst. Tidak ada yang lain di benak mereka, tapi semuanya berubah ketika mereka berhasil merilis single pertamanya lewat underground phenomenon Richard Mutter yang merilis kompilasi cd band-band Bandung pada awal 1997. Nama lain seperti Full Of Hate, Puppen, dan Cherry Bombshell juga bercokol di kompilasi yang berjudul "Masaindahbangetsekalipisan" tersebut. Memang masa itu masa indah musik underground. Everything is new and new things stoked people! Tidak tanggung lagu Revolt! dari Burgerkill menjadi nomor pembuka di album yang terjual 1000 keping dalam waktu singkat ini.

Setelah mengenal nikmatnya menggarap rekaman, anak anak ini tidak pernah merasa ingin berhenti, dan pada akhir tahun 1997 mereka kembali ikut serta dalam kompilasi "Breathless" dengan menyertakan lagu "Offered Sucks" didalamnya. Awal tahun 1998 perjalanan mereka berlanjut dengan rilisan single Blank Proudness, pada kompilasi band-band Grindcore Ujungberung berjudul "Independent Rebel". Yang ketika itu dirilis oleh semua major label dengan distribusi luas di Indonesia dan juga di Malaysia. Setelah itu nama Burgerkill semakin banyak menghias concert flyers di seputar komunitas musik underground. The Antics went higher, semakin banyak fans berat menunggu kehadiran mereka diatas panggung. Burgerkill sang Hardcore Begundal!

Disekitar awal tahun 1999, mereka mendapat tawaran dari perusahaan rekaman independent Malaysia, Anak Liar Records yang berakhir dengan deal merilis album Three Ways Split bersama dengan band Infireal (Malaysia) dan Watch It Fall (Perancis). Hubungan dengan network underground di Malaysia dan Singapura berlanjut terus hingga sekarang. Burgerkill menjadi langganan cover zine independent di negara-negara tersebut dan berimbas dengan terus bertambahnya fans mereka dari negeri Jiran. Di tahun 2000, akhirnya Burgerkill berhasil merilis album perdana mereka dengan title "Dua Sisi" dan 5000 kaset yang di cetak oleh label indie asal Bandung, Riotic Records ludes habis dilahap penggemar fanatik yang sudah tidak sabar menunggu sejak lama. Di tahun yang sama, band ini juga merilis single "Everlasting Hope Never Ending Pain" lewat kompilasi "Ticket To Ride", sebuah album yang benefitnya disumbangkan untuk pembangunan sebuah skatepark di kota Bandung.

Single terakhir menjadi sebuah jembatan ke era baru Burgerkill, dimana masa awal mereka lagu-lagu tercipta hasil dari pengaruh band-band Oldschool Hardcore, Name it: Minor Threat, 7 Seconds, Gorilla Biscuits, Youth of Today, Sick of it All, Insted, Etc. Seiring dengan waktu, mereka mulai untuk membuka pengaruh lain. Masuklah pengaruh dari band band Modern Metal dan Newschool Hardcore dengan beat yang lebih cepat dan lebih agresif, selain itu juga riff-riff powerchord yang enerjik menjadi bagian kental pada lagu-lagu Burgerkill serta dilengkapi oleh fill-in gitar yang lebih menarik. Anak-anak ini memang tidak pernah puas dengan apa yang mereka hasilkan, mereka selalu ingin berbuat lebih dengan terus membuka diri pada pengaruh baru. Hampir semua format musik keras dilahap dan di interprestasikan kedalam lagu, demikianlah Burgerkill berkembang menjadi semakin terasah dan dewasa. Lagu demi lagu mereka kumpulkan untuk menjadi sebuah materi lengkap rilisan album kedua.

Beberapa Mainstream Achievement pun sempat mereka rasakan, salah satunya menjadi nominator Band Independent Terbaik ala majalah NewsMusik di tahun 2000. Awal tahun 2001 pun mereka berhasil melakukan kerjasama dengan sebuah perusahaan produk sport apparel asal Amerika: PUMA yang selama 1 tahun mensupport setiap kali Burgerkill melakukan pementasan. Dan sejak Oktober 2002 sebuah produk clothing asal Australia: INSIGHT juga mensupport dalam setiap penampilan mereka.

Pertengahan Juni 2003, Burgerkill menjadi band Hardcore pertama di Indonesia yang menandatangani kontrak sebanyak 6 album dengan salah satu major label terbesar di negeri ini, Sony Music Entertainment Indonesia. Dan setelah itu akhir tahun 2003, Burgerkill berhasil merilis album kedua mereka dengan title "Berkarat". Lagu-lagu pada album ini jauh lebih progressif dan penuh dengan teknik yang lebih terasah dibandingkan album sebelumnya. Hampir tidak ada lagi nuansa straight forward dan moshpart sederhana ala band standard Hardcore yang tercermin dari single-single awal mereka. Pada sector vocal dengan tetap mengedepankan nuansa depresif dan kelam, karakter vocal Ivan sang vokalis Bengal lebih berani dimunculkan dengan penulisan bahasa pertiwi dan artikulasi kata yang lebih jelas. Dan di sector musik pun, Toto, Eben, Andris dan gitaris baru mereka Agung semakin berani menjelajahi daerah-daerah baru yang sebelumnya tidak pernah dijajaki kelompok musik keras manapun di Indonesia.

Sebuah kejutan hadir pada pertengahan tahun 2004, lewat album "Berkarat" Burgerkill masuk kedalam salahsatu nominasi dalam salah satu event Achievement musik terbesar di Indonesia "Ami Awards". Dan secara mengejutkan mereka berhasil menyabet award tahunan tersebut untuk kategori "Best Metal Production". Sebuah prestasi yang mungkin tidak pernah terlintas di benak mereka, dan bagi mereka hal tersebut merupakan sebuah tanggung jawab besar yang harus mereka buktikan melalui karya-karya mereka selanjutnya.

Di awal tahun 2005 di tengah kesibukan mereka mempersiapkan materi untuk album ketiga, Toto memutuskan untuk meninggalkan band yang telah selama 9 tahun dia bangun bersama. Namun kejadian ini tidak membuat anak-anak Burgerkill putus semangat, mereka kembali merombak formasinya dengan memindahkan Andris dari posisi Bass ke posisi Drums dan terus melanjutkan proses penulisan lagu dengan menggunakan additional bass player. Sejalan dengan selesainya penggarapan materi album ketiga, tepatnya November 2005, Burgerkill memutuskan kontrak kerjasama dengan Sony Music Entertainment Indonesia dikarenakan tidak adanya kesepakatan dalam pengerjaan proyek album ketiga. So guys...these kids always have a great spirit to keep blowing their power, dan akhirnya mereka sepakat untuk tetap merilis album ke-3 "Beyond Coma And Despair" di bawah label mereka sendiri Revolt! Records di pertengahan Agustus 2006. Album ketiga yang memiliki arti sangat dalam bagi semua personil Burgerkill baik secara sound, struktur, dan format musik yang mereka suguhkan sangat berbeda dengan dua album sebelumnya. Materi yang lebih berat, tegas, teknikal, dan berani mereka suguhkan dengan maksimal disetiap track-nya.

Namun tak ada gading yang tak patah, sebuah musibah terbesar dalam perjalanan karir mereka pun tak terelakan, Ivan sang vokalis akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya ditengah-tengah proses peluncuran album baru mereka di akhir Juli 2006. Peradangan pada otaknya telah merenggut nyawa seorang ikon komunitas musik keras di Indonesia. Tanpa disadari semua penulisan lirik Ivan pada album ini seolah-olah mengindikasikan kondisi Ivan saat itu, dilengkapi alur cerita personal dan depresif yang terselubung sebagai tanda perjalanan akhir dari kehidupannya. "Beyond Coma And Despair" sebuah album persembahan terakhir bagi Ivan Scumbag yang selama ini telah menjadi seorang teman, sahabat, saudara yang penuh talenta dan dedikasi dengan disertai karakter karya yang mengagumkan. Burgerkill pun berduka, namun mereka tetap yakin untuk terus melanjutkan perjalanan karir bermusik yang sudah lebih dari 1 dekade mereka jalani, dan sudah tentu dengan menghadirkan seorang vokalis baru dalam tubuh mereka saat ini. Akhirnya setelah melewati proses Audisi Vokal, mereka menemukan Vicki sebagai Frontman baru untuk tahap berikutnya dalam perjalanan karir mereka.

Dan pada awal Januari 2007 mereka telah sukses menggelar serangkaian tour di kota-kota besar di Pulau Jawa dan Bali dalam rangka mempromosikan album baru mereka. Target penjualan tiket di setiap kota yang didatangi selalu mampu mereka tembus, dan juga ludesnya penjualan tiket di beberapa kota menandakan besarnya antusiasme masyarakat musik cadas di Indonesia terhadap penampilan Burgerkill. A written story just wouldn't enough, tunggu kejutan dan dengarkan album baru mereka, tonton konsernya dan rasakan sensai musik keras yang tak akan kamu lupakan...BURGERKILL HARDCORE BEGUNDAL IN YOUR FACE, WHATEVER!!!